Rabu, 27 Mei 2009

SEJARAH BERDIRINYA

SMK KRISTEN

YAYASAN KEMAKMURAN REJEKI SALATIGA

Bertolak dari keputusan Sidang Sinode II Gereja-gereja Kristen Djawa Tengah (GKDT, nantinya bernama GKJ) 1950 di Purwokerto, maka pada Sidang Sinode GKDT IV 1952 di Yogyakarta telah dibentuk Deputat Jajasan Pembangunan Ekonomi yang beranggotakan Pdt. B. Probowinoto (Direktur Kantor Pusat Sinode), Dr. J. Verkuyl (Pendeta Utusan Gereformeerde Kerk van Nederland, GKN), dan Supeno Sastrowidjono dengan tugas mendirikan Jajasan Pembangunan Ekonomi. Pendirian yayasan ini berkait erat dengan upaya untuk mengantisipasi pengembangan ekonomi gereja-gereja pada khususnya dan pembangunan ekonomi masyarakat pada umumnya. Realisasinya akan diwujudkan berupa pemberitaan Injil di bidang pembangunan ekonomi, sekaligus berusaha membangun gereja-gereja sekeng. Sinode menetapkan Rp. 100,00 sebagai modal awal yayasan ini. Untuk membantu terlaksananya tugas ini Sinode memanggil ekonom-zendeling Drs. Hendrik Baas.

Pada tahun 1952 Deputat mendirikan Yayasan dimaksud dengan nama Jajasan Kemakmuran Redjeki (Akte Notaris Tan A Sioe tertanggal 18 Maret 1954) dengan tujuan jangka pendek "membentuk kader-kader pembangunan ekonomi jemaat"1 Di tahun itu juga Jijasan Kemakmuran Redjeki mendirikan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP) Kristen sebaga wadah untuk mendidik para pemuda di bidang ekonomi. Sekolah ini sejak awal diselenggarakan di kompleks yang berada di Jalan Kotamadya 76 Salatiga.2

Aktivitas Jejasan Kemakmuran Redjeki 3untuk mencapai tujuan jangka pendeknya itu dilakukan antara lain dengan:

a. Pendidikan calon Penyuluh Ekonomi Setempat

Program ini akan dicapai dengan memanfaatkan SMEP Kristen di Salatiga yang keberadaannya sudah berlangsung sejak tahun 1952. SMEP Kristen Salatiga telah ditetapkan sebagai sebagai tempat untuk mendidik para pemuda di bidang ekonomi. Ternyata kurikulum pemerintah yang diberlakukan di SMEP Kristen ini dipandang belum mencukupi untuk tujuan ini. Jalan keluarnya, dFsamping mata pelajaran biasa sesuai dengan kurikulum SMEP, diberikan pula mata pelajaran tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan ekonomi jemaat, khususnya bagi para murid yang dikirim oleh gereja-gereja. Dengan demikian, posisi SMEP Kristen ini pada waktu itu sangat strategis yaitu sebagai lembaga pendidikan untuk menyiapkan tenaga trampil-terdidik di bidang pengembangan ekonomi maupun pendirian Pendidikan Kader Tenaga-tenaga Pembangunan Sosial Ekonomi untuk gereja-gereja, dan Pusat Pendidikan Rural Development.

b. Pendidikan Calon Tenaga Teknis

Tenaga teknis sangat dibutuhkan untuk memimpin pekerjaan-pekerjaan yang diadakan di gereja-gereja setempat sebagai usaha pengembangan ekonomi gereja. Tenaga teknis ini mestinya terbagi atas tiga jenis, (1)

tenaga teknis di bidang perdagangan, (2) tenaga teknis di bidang kerajinan, dan (3) tenaga teknis di bidang pertanian dan peternakan. Karena pendidikan tenaga teknis di bidang perdagangan dapat mengandalkan pada SMEP Kristen, maka tinggal bidang yang ke dua dan

ke tiga yang harus dipersiapkan. Sebagai langkah awal. di Salib Putih Salatiga akan dibuka Kursus Kerajinan dengan daya tampung 30 orang setiap angkatan. Kursus ini diberikan secara cuma-cuma, kecuali uang asrama harus dibayar sebesar Rp.75.- setiap bulan, dengan lama kursus setengah sampai dua tahun. Melalui kursus ini akan dididik tenaga kerajinan di bidang perkayuan (bangunan, meubel, mainan anak-anak), besi dan kaleng, kulit, anyaman, tenun, keramik, sabun dan payung.

Demikian juga berkaitan dengan rencana menyelenggarakan Kursus Pertanian dan Peternakan, di Salatiga akan dibuka kursus dengan lama kursus sekitar dua tahun.

Karena kecuali SMEP Kristen di Salatiga. di Surakarta dan Purworejo juga sudah berdiri SMEP Kristen, dan tidak lama lagi Temanggung juga akan menyusul; dan jika Purwokerto, Yogyakarta, dan Semarang juga mempunyai SMEP, maka sudah selayaknya dipikirkan dibukanya sekolah penghubung antara SMEP dengan fakultas ekonomi yang kelak juga akan hadir di Jawa Tengah. Hal ini nanti terpenuhi dengan dibukanya Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) Kristen di Salatiga pada tahun 1958. tepatnya pada tanggal 1 Agustus 19584

Dengan menempati lahan yang sama dengan SMEP Kristen, SMEA Kristen mulai membaktikan dirinya untuk melayani masyarakat lewat pendidikan J'enjang sekolah menengah kejuruan tingkat atas

Murid angkatan pertama diterima masuk 35 anak ditempatkan dalam satu kelas yang terletak di sebelah kanan Rumah Tingkat (Kantor SMK Kristen sekarang). Bangunan bagi penyelenggaraan sekolah SMEA Kristen ini terbuat dari kerangka kayu jati, masih berlantai tanah, berdinding anyaman bambu {gedhesD, dan angin-angin atas terbuat dari anyaman kawat. SMEA Kristen melayani diawali dengan kesederhanaan.

Yang patut dibanggakan, SMEA Kristen Salatiga merupakan SMEA swasta pertama di Jawa. bahkan di Indonesia. Untuk kota Salatiga yang relatif kecil, SMEA Kristen juga merupakan SMEA pertama, berdiri dan diselenggarakan sebelum hadirnya SMEA Negeri dan SMEA Swasta lainnya.

Setelah berjalan lima tahun. pada tahun 1965 SMEA Kristen ini memperoleh status subsidi, baik untuk beaya operasional ataupun tenaga guru dan pegawai 5 Hal ini juga merupakan suatu prestasi yang membanggakan pada waktu itu karena jarang - bahkan belum ada - sekolah swasta yang mendapat subsidi berupa pegawai administrasi bahkan tenaga pekarya, yang ada adalah subsidi beaya operasional dan tenaga guru.

Dengan status sebagai sekolah bersubsidi ini SMEA Kristen Salatiga tampil sebagai alternatif kuat bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya sebagai pilihan utama. Tidak hanya masyarakat kota Salatiga, tetapi juga masyarakat lain terutama dari Kabupaten Semarang di sekitar kota Salatiga.

Walaupun merupakan sekolah swasta. tidak ada tersirat perasaan rendah diri baik di kalangan guru ataupun siswa SMEA Kristen Salatiga. Mereka bangga dengan identitas dan keberadaannya.

Dengan cepat SMEA Kristen Salatiga bertumbuh dan menanjak. Dari penerimaan murid satu kelas di awal berdirinya (1958) SMEA Kristen ini sejak Tahun Pengajaran 1994/1995 telah memiliki kelas sampai 20 kelas. Baru pada Tahun Pengajaran 2002/2003 mulai mengalami penurunan menjadi 19 kelas. dan terakhir menjadi 15 kelas. Tetapi semua penerimaan murid setiap tahunnya tetap di atas daya tampung kelas yang sesungguhnya.6 Dengan keberadaannya yang seperti ini maka SMEA Kristen menjadi sekolah swasta yang patut diperhitungkan keberadaannya.

Kecuali memiliki guru-guru yang berstatus guru subsidi 7MEA Kristen juga berhasil mendapatkan guru-guru negeri8 yang diperbantukan pada SMEA Kristen (lewat alih tugas penempatan). Di samping itu SMEA Kristen ini juga banyak mendapat bantuan tenaga pengajar dari Universitas Kristen Satya Wacana maupun para lulusannya. antara mereka dapat disebutkan yang pernah membantu SMEA Kristen Drs. Amin Sujitno. Drs. Richard Gultom, Dedu Ngara, BA, Mugiyono, BA, Kusworini, BA, dan masih banyak lagi.

Sayang sekali bahwa sekolah ini harus hidup atas dasar swa-kelola, atas dasar kemampuannya sendiri. Yayasan penyelenggara yang harusnya bertanggung jawab atas hidup dan mati sekolah-sekolahnya, tampaknya belum memiliki kemampuan kelola. Agaknya Yayasan Kemakmuran Rejeki terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang dibebankan di atas pundaknya oleh Sinode GKD. Hal ini terlihat dalam Sinode XII GKD di Klaten tahun 1971. Di samping ucapan terima kasih atas pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada YKR, Sidang menganjurkan kepada YKR agar supaya laporan perihaf sekolah-sekolah dan kursus-kursus yang diselenggarakan olehnya dibuat agak terperinci ditambah rencana yang terperinci pula.9

Dalam perjalanan pengabdiannya, Yayasan Kemakmuran Rejeki ternyata telah menjadi ajang berebut kepemilikan. Dalam situasi seperti itu, - dimanapun kejadian itu terjadi - sekolah bina^anya harus berjuang sendiri untuk mempertahankan kehidupannya, tidak terkecuali SMEA Kristen Salatiga. Dengan adanya dukungan dana dari masyarakat (orangtua murid) penyelenggaraan sekolah dapat terus berjalan dengan hambatan yang tidak berarti.

Sejalan dengan program pemerintah menyatukan sekolah-sekolah kejuruan dalam satu wadah dan bentuk, maka sejak tahun 1996 SMEA Kristen Salatiga berganti nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Salatiga - Kelompok Bisnis dan Managemen.

Walaupun di kota Salatiga dan sekitarnya akhirnya diramaikan dengan munculnya beberapa SMK Kelompok Bisnis dan Managemen (dulunya SMEA) yang lain seperti SMEA (SMK) Negeri 1 Salatiga, SMEA (SMK) PGRI 2 Salatiga, SMEA (SMK) Pelita Salatiga, SMK Diponegoro Salatiga, SMK Islam Sudirman.


Tingkir. serta SMK Kristen Masehi Ambarawa. namun SMEA (SMK) Kristen Salatiga tetap merupakan alternatif yang diperhitungkan oleh masyarakat.

Sampai dengan tahun ke-50 pengabdiannya pada dunia pendidikan di Kota Salatiga. SMK Kristen Salatiga telah meluluskan 7.304 siswanya yang sebagian besar telah bekerja tersebar di seluruh Nusantara sebagai PNS, TNI-Polri. guru. dan pegawai swasta. Dari semua lulusan ini ternyata hanya sekitar 10% yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Sepuluh tahun terakhir ini sebagaimana sekolah lain, lulusan SMK Kristen Salatiga sebagan besar terserap sebagai karyawan pabrik-pabrik di sekitar kota Salatiga. Bahkan mengingat ketatnya persaingan bursa tenaga kerja akhir-akhir ini serta banyaknya lulusan sekolah sejenis yang semakin banyak itu., masih ada juga lulusan yang belum mendapat pekerjaan. Suatu tantangan tersendiri bagi SMK Kristen Salatiga, agar alumninya memiliki daya saing yang lebih baik di tengah-tengah persaingan para pencari kerja.

Selamat berulang tahun ke-50. Semoga semakin tua, justru semakin bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar